Kontak Perkasa Futures - Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) diyakini masih menjadi ancaman dunia meski dinyatakan kalah total setelah markas terakhir mereka di Baghouz, Suriah direbut Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Sisa-sisa militan ISIS diyakini masih bersembunyi dan afiliasi di berbagai negara masih aktif.
SDF menyatakan pada Sabtu (23/5) lalu, bahwa ISIS mengalami '100 persen kekalahan teritorial' setelah markas terakhir di Baghouz direbut kembali. SDF yang terdiri atas milisi Kurdi dan Arab di Suriah telah sejak lama bertempur melawan ISIS, dengan dukungan dari koalisi militer pimpinan Amerika Serikat (AS).
Namun, seperti dilansir Reuters, Senin (25/3/2019), meski markas terakhirnya dihancurkan, sisa-sisa militan ISIS yang bersembunyi di area gurun terpencil Suriah dan di kota-kota Irak masih melakukan aksi skala kecil, dengan melakukan serangan penembakan atau penculikan atau menunggu kebangkitan ISIS nantinya.
Presiden AS Donald Trump dalam pernyataannya menegaskan AS akan tetap waspada atas setiap ancaman yang mungkin muncul dari sisa-sisa militan ISIS. "Kita akan tetap waspada terhadap ISIS melalui serangkaian upaya-upaya antiterorisme global untuk memerangi ISIS hingga akhirnya ISIS dikalahkan di mana saja kelompok itu beroperasi," tegasnya seperti dilansir The Hill dan Bloomberg.
Dalam pernyataan terpisah, komandan koalisi pimpinan AS melawan ISIS, Letnan Jenderal Angkatan Darat AS, Paul LaCamera, mengakui ISIS masih menjadi ancaman berbahaya meski wilayahnya tercerai-berai. LaCamera menegaskan perang melawan ISIS masih jauh dari usai.
"Akhir dari apa yang disebut kekhalifahan fisik menjadi pencapaian militer bersejarah yang menyatukan koalisi terbesar dalam sejarah, tetapi perang melawan Daesh (nama lain ISIS) dan ekstremisme kekerasan masih jauh dari selesai," tegas LaCamera.
Peringatan soal ancaman ISIS juga diungkapkan pengamat Sami Nader dari Institut Levant untuk Urusan Strategis. "Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana ISIS akan bereaksi? Apa strategi baru mereka sekarang?" ucapnya.
"Hari ini, ISIS dan seluruh kelompok jihad akan mengekspor upaya-upaya militer mereka keluar Levant (Irak dan Suriah-red) dan mereka akan mengubah taktik, dari tadinya membentuk kehadiran geografis menjadi lebih condong pada pertempuran gerilya, baik di kawasan itu atau di lokasi lain," imbuhnya.
Berikut beberapa alasan ISIS masih dianggap sebagai ancaman dunia:
100 Persen Kekalahan Teritorial, Apa Dampaknya bagi ISIS?
ISIS awalnya menguasai wilayah seluas 88 ribu kilometer persegi di Irak dan Suriah sejak tahun 2014. Wilayah itu menyusut cukup drastis pada akhir tahun 2016 menjadi hanya 60 ribu kilometer persegi. Kini, ISIS telah kehilangan seluruh wilayah tersebut. Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan, menegaskan ISIS 'tidak lagi menguasai area-area berpenduduk' di Irak dan Suriah.
Hancurnya wilayah yang diklaim sebagai 'kekhalifahan' oleh ISIS telah menghilangkan alat propaganda dan perekrutan serta basis logistik kelompok radikal tersebut. Praktik-praktik kekejaman ISIS seperti eksekusi brutal dan hukuman keji untuk setiap pelanggaran, kemudian praktik pembantaian dan perbudakan seks juga hilang.
Kehilangan wilayah membuat ISIS tidak lagi mendapatkan sumber daya, khususnya secara finansial, untuk mendanai setiap aktivitas teror mereka. Sebelumnya ISIS bergantung pada pajak di wilayah dan hasil penjualan minyak di wilayah-wilayah yang dikuasainya.
Usai Kalah Total, ISIS Masih Bisa Bangkit Lagi
Pada awal kemunculan sebagai pecahan Al-Qaeda di Irak beberapa dekade lalu, ISIS bergerak melalui jaringan bawah tanah sebelum akhirnya muncul ke permukaan. Sejak kehilangan sebagian besar wilayah tahun 2017, ISIS kembali menggunakan taktik serupa. Sel-sel tidur di wilayah Irak telah melancarkan serangan bersenjata dalam skala kecil, yang melibatkan penculikan dan pembunuhan demi mengancam pemerintahan Irak.
Di Suriah, sisa-sisa militan ISIS diyakini masih ada di wilayah jarang penduduk yang ada di sebelah barat Sungai Eufrat, yang tidak dikuasai pemerintah Suriah.
Laporan tim pengawas internal Pentagon AS, yang dirilis bulan lalu, menyebut ISIS melakukan regenenerasi fungsi dan kemampuan lebih cepat di Irak daripada Suriah. "Dengan tidak adanya tekanan (antiterorisme) berkelanjutan, ISIS kemungkinan besar akan lahir kembali di Suriah dalam 6-12 bulan dan kembali menguasai wilayah terbatas," sebut laporan itu. - Kontak Perkasa Futures
SDF menyatakan pada Sabtu (23/5) lalu, bahwa ISIS mengalami '100 persen kekalahan teritorial' setelah markas terakhir di Baghouz direbut kembali. SDF yang terdiri atas milisi Kurdi dan Arab di Suriah telah sejak lama bertempur melawan ISIS, dengan dukungan dari koalisi militer pimpinan Amerika Serikat (AS).
Namun, seperti dilansir Reuters, Senin (25/3/2019), meski markas terakhirnya dihancurkan, sisa-sisa militan ISIS yang bersembunyi di area gurun terpencil Suriah dan di kota-kota Irak masih melakukan aksi skala kecil, dengan melakukan serangan penembakan atau penculikan atau menunggu kebangkitan ISIS nantinya.
Presiden AS Donald Trump dalam pernyataannya menegaskan AS akan tetap waspada atas setiap ancaman yang mungkin muncul dari sisa-sisa militan ISIS. "Kita akan tetap waspada terhadap ISIS melalui serangkaian upaya-upaya antiterorisme global untuk memerangi ISIS hingga akhirnya ISIS dikalahkan di mana saja kelompok itu beroperasi," tegasnya seperti dilansir The Hill dan Bloomberg.
Dalam pernyataan terpisah, komandan koalisi pimpinan AS melawan ISIS, Letnan Jenderal Angkatan Darat AS, Paul LaCamera, mengakui ISIS masih menjadi ancaman berbahaya meski wilayahnya tercerai-berai. LaCamera menegaskan perang melawan ISIS masih jauh dari usai.
"Akhir dari apa yang disebut kekhalifahan fisik menjadi pencapaian militer bersejarah yang menyatukan koalisi terbesar dalam sejarah, tetapi perang melawan Daesh (nama lain ISIS) dan ekstremisme kekerasan masih jauh dari selesai," tegas LaCamera.
Peringatan soal ancaman ISIS juga diungkapkan pengamat Sami Nader dari Institut Levant untuk Urusan Strategis. "Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana ISIS akan bereaksi? Apa strategi baru mereka sekarang?" ucapnya.
"Hari ini, ISIS dan seluruh kelompok jihad akan mengekspor upaya-upaya militer mereka keluar Levant (Irak dan Suriah-red) dan mereka akan mengubah taktik, dari tadinya membentuk kehadiran geografis menjadi lebih condong pada pertempuran gerilya, baik di kawasan itu atau di lokasi lain," imbuhnya.
Berikut beberapa alasan ISIS masih dianggap sebagai ancaman dunia:
100 Persen Kekalahan Teritorial, Apa Dampaknya bagi ISIS?
ISIS awalnya menguasai wilayah seluas 88 ribu kilometer persegi di Irak dan Suriah sejak tahun 2014. Wilayah itu menyusut cukup drastis pada akhir tahun 2016 menjadi hanya 60 ribu kilometer persegi. Kini, ISIS telah kehilangan seluruh wilayah tersebut. Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan, menegaskan ISIS 'tidak lagi menguasai area-area berpenduduk' di Irak dan Suriah.
Hancurnya wilayah yang diklaim sebagai 'kekhalifahan' oleh ISIS telah menghilangkan alat propaganda dan perekrutan serta basis logistik kelompok radikal tersebut. Praktik-praktik kekejaman ISIS seperti eksekusi brutal dan hukuman keji untuk setiap pelanggaran, kemudian praktik pembantaian dan perbudakan seks juga hilang.
Kehilangan wilayah membuat ISIS tidak lagi mendapatkan sumber daya, khususnya secara finansial, untuk mendanai setiap aktivitas teror mereka. Sebelumnya ISIS bergantung pada pajak di wilayah dan hasil penjualan minyak di wilayah-wilayah yang dikuasainya.
Usai Kalah Total, ISIS Masih Bisa Bangkit Lagi
Pada awal kemunculan sebagai pecahan Al-Qaeda di Irak beberapa dekade lalu, ISIS bergerak melalui jaringan bawah tanah sebelum akhirnya muncul ke permukaan. Sejak kehilangan sebagian besar wilayah tahun 2017, ISIS kembali menggunakan taktik serupa. Sel-sel tidur di wilayah Irak telah melancarkan serangan bersenjata dalam skala kecil, yang melibatkan penculikan dan pembunuhan demi mengancam pemerintahan Irak.
Di Suriah, sisa-sisa militan ISIS diyakini masih ada di wilayah jarang penduduk yang ada di sebelah barat Sungai Eufrat, yang tidak dikuasai pemerintah Suriah.
Laporan tim pengawas internal Pentagon AS, yang dirilis bulan lalu, menyebut ISIS melakukan regenenerasi fungsi dan kemampuan lebih cepat di Irak daripada Suriah. "Dengan tidak adanya tekanan (antiterorisme) berkelanjutan, ISIS kemungkinan besar akan lahir kembali di Suriah dalam 6-12 bulan dan kembali menguasai wilayah terbatas," sebut laporan itu. - Kontak Perkasa Futures
Sumber : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar