PT KP Press - Nilai tukar rupiah terpantau mulai menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah bank sentral AS, the Federal Reserve mengumumkan keputusan menahan suku bunga acuan, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Melansir dari Refinitiv, rupiah mengakhiri harga di posisi Rp15.850/US$, menguat 0,58% pada sepanjang perdagangan kemarin, Kamis (2/11/2023). Penguatan kemarin mengakhiri pelemahan yang terjadi satu hari sebelumnya sebesar 0,31%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memandang penguatan ini tidak terlepas dari situasi yang terjadi di AS. Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) menahan suku bunga acuan dan memberikan sinyal yang tidak seketat sebelumnya.
"Pasar memandang bahwa nada The Fed selama FOMC cenderung kurang hawkish dari perkiraan, dan mendorong dolar AS melemah, serta mendukung penurunan yield UST," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (2/11/2023).
Ketika rupiah mulai menguat, di sisi sebaliknya Indeks dolar AS (DXY) terpantau mengalami pelemahan 0,48% menjadi 106,37 atau yang terlemah sejak 30 Oktober 2023.
Dalam pernyataan resminya, The Fed mengatakan jika indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kuat pada kuartal III-2023 tetapi data tenaga kerja sudah bergerak moderat meski masih dalam fase yang kuat. Tingkat pengangguran juga masih rendah dan inflasi masih tinggi.
Pernyataan The Fed sedikit berbeda dengan September di mana mereka mengatakan pertumbuhan ekonomi AS 'solid' dan data tenaga kerja 'sudah melambat tetapi masih dalam fase kuat'. Sebagai catatan, ekonomi AS tumbuh 4,9% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023, dari 2,1% pada kuartal II-2023. Tingkat pengangguran ada di 3,8% pada September
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto. Keputusan The Fed mempertahankan suku bunga berdampak positif terhadap nilai tukar dan pasar finansial. Dia mengatakan keputusan The Fed langsung membuat imbal hasil obligasi Amerika Serikat langsung turun, sehingga menaikkan daya tarik investasi terhadap aset investasi di Indonesia.
"Termasuk obligasi Indonesia, karena kalau kita lihat gap yield ini semakin lebar jadi kita lihat hari ini kemungkinan akan ada inflow di pasar surat utang negara dan kemungkinan juga surat utang negara kita menguat begitu pula dengan pasar saham," kata dia.
Kendati menguat, tetap perlu dipahami bahwa tren pelemahan mata uang Garuda masih terjadi sejak Mei 2023 yang konsisten terdepresiasi enam bulan berturut-turut. Sementara, posisi terlemah rupiah tahun ini terjadi pada 27 Oktober 2023 di angka Rp15.935/US$ yang juga merupakan posisi terparah sejak 3,5 tahun terakhir.
Sebaliknya, posisi terkuat rupiah adalah pada 28 April 2023 di mana mata uang Garuda mampu berdiri di posisi Rp 14.665/US$.
Pada hari ini ada beberapa sentimen yang bakal mempengaruhi gerak rupiah, terutama dari eksternal yang tampaknya masih ada ketidakpastian. Negeri Paman Sam terpantau pada malam nanti pukul 19.30 WIB akan mengumumkan jumlah pekerjaan yang tercatat selain di bidang pertanian atau non-farm payroll (NFP) untuk periode Oktober 2023.
Pelaku pasar memperkirakan NFP akan turun jadi 180.000 dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 336.000 pekerjaan. Tak hanya itu, tingkat pengangguran AS akan rilis juga pada waktu yang sama dengan perkiraan masih bertahan di 3,8%.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah berhasil menguat menembus garis rata-rata selama 20 jam, 50 jam, dan 100 jam atau moving average 20,50, dan 100 (MA20, MA50, dan MA100).
Saat ini posisi rupiah sudah berada di bawah level psikologis Rp15.900/US$. Posisi ini menjadi resistance atau area yang perlu dicermati apabila rupiah bergerak melemah lagi dalam jangka pendek. Posisi ini juga berdekatan dengan double MA yakni MA20 dan MA100.
Sementara target penguatan terdekat saat ini bisa dicermati support di Rp15.840/US$, posisi ini bertepatan dengan garis rata-rata selama 200 jam (MA200). - PT KP Press
Sumber : cnbcindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar