PT Kontak Perkasa - Munculnya opsi vaksin COVID-19 berbayar menuai pro-kontra. Program vaksinasi gotong royong individu ini disebut-sebut demi mempercepat herd immunity.
Meski Kementerian Kesehatan RI menjamin ketersediaan stok vaksin COVID-19 gratis program pemerintah, tak sedikit yang akhirnya mendesak pembatalan vaksin COVID-19 berbayar Kimia Farma.
Seperti petisi yang diinisiasi pakar epidemiologi Pandu Riono, Irma Handayani, pendiri Lapor COVID-19, hingga guru besar bidang sosiologi bencana Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Prof Sulfikar Amir. Mereka meminta pemangku kebijakan Presiden Joko Widodo, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri BUMN Erick Thohir segera membatalkan vaksin COVID-19 berbayar.
Mereka menilai, vaksin COVID-19 malah memperpanjang pandemi COVID-19. Sebab, masyarakat ekonomi ke bawah bisa tak mendapat prioritas vaksinasi COVID-19.
"Dengan suplai vaksin yang masih sangat terbatas, masyarakat yang berada di daerah dan ekonomi menengah ke bawah yang justru memiliki tingkat risiko penularan yang lebih tinggi bisa tidak diprioritaskan dalam pembagian vaksin," tulis petisi 'Batalkan Vaksinasi Mandiri #VaksinasiMandiriGakAdil' yang sudah ditandatangani hampir 8 ribu orang per Senin (12/7/2021).
Senada, Ketua Pengurus Harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) Tulus Abadi menegaskan pelaksanaan vaksinasi gotong royong mandiri individu amat tidak etis, terlebih diselenggarakan saat Corona di Indonesia tengah melambung tinggi.
"Vaksin berbayar itu tidak etis, di tengah pandemi yang sedang mengganas. oleh karena itu, vaksin berbayar harus ditolak," tegas Ketua Pengurus Harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) Tulus Abadi, Minggu (11/7/2021).
Bukan mustahil jika opsi vaksinasi gotong royong mandiri memicu warga untuk malas mengikuti program vaksin COVID-19.
"Vaksin berbayar juga bisa menimbulkan distrust pada masyarakat, bahwa yang berbayar dianggap kualitasnya lebih baik, dan yang gratis lebih buruk kualitasnya," jelas Tulus.
Di sisi lain, sebagian orang punya kebutuhan mendesak yang mengharuskan mereka punya sertifikat vaksin. Misalnya untuk bepergian naik pesawat. Sementara untuk mengakses vaksin gratis, antrean dan ketidakjelasan prioritas kadang jadi alasan untuk lebih memilih vaksin berbayar.
"Sebenernya pilih berbayar karena butuh banget sertifikatnya buat besok," kata seorang pendaftar vaksin berbayar di Kimia Farma Supratman, Bandung, Senin (12/7/2021). - PT Kontak Perkasa
Sumber : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar