PT Kontak Perkasa - Selama tiga bulan pertama di 2019 ini Google memantau lebih dari sejuta video di YouTube secara manual.
Video yang dimaksud adalah video yang diduga merupakan video propaganda teroris. Dari sejuta video tersebut, ada 90 ribu video yang melanggar peraturan YouTube soal terorisme, dan kemudian dihilangkan dari peredaran.
Data ini diungkap Google ketika bertemu dengan panel US House baru-baru ini. Mereka juga menyebut ada lebih dari 10 ribu orang yang dipekerjakan untuk memantau video-video tersebut, dan menghabiskan uang ratusan juta dolar untuk membiayai proses tersebut.
Google, Facebook, Twitter, dan Microsoft baru-baru ini memang ditekan oleh pemerintah AS untuk mengungkap dana yang mereka alokasikan untuk memerangi terorisme. Namun bagi perusahaan-perusahaan teknologi tersebut, hal itu ternyata ada hal yang sangat sulit.
Buktinya sampai saat ini angka yang sudah diungkap hanyalah 'ratusan juta dolar' dari Google itu, demikian dikutip dari Engadget, Jumat (3/5/2019).
Tekanan terhadap keempat perusahaan itu saat adanya aksi penembakan di Christchurch, Selandia baru. Pasalnya video penembakan tersebut terus menerus muncul di YouTube dengan kecepatan 1 video setiap detiknya.
Bahkan pemerintah Australia sejak saat itu membuat aturan baru yang akan membuat perusahaan media sosial bertanggung jawab untuk menghapus konten yang mengandung kekerasan.
Lalu ada juga Uni Eropa yang tengah mempertimbangkan sebuah aturan baru yang mewajibkan video berisi konten terorisme harus dihapus dalam waktu satu jam sejak pertama dilaporkan. - PT Kontak Perkasa
Video yang dimaksud adalah video yang diduga merupakan video propaganda teroris. Dari sejuta video tersebut, ada 90 ribu video yang melanggar peraturan YouTube soal terorisme, dan kemudian dihilangkan dari peredaran.
Data ini diungkap Google ketika bertemu dengan panel US House baru-baru ini. Mereka juga menyebut ada lebih dari 10 ribu orang yang dipekerjakan untuk memantau video-video tersebut, dan menghabiskan uang ratusan juta dolar untuk membiayai proses tersebut.
Google, Facebook, Twitter, dan Microsoft baru-baru ini memang ditekan oleh pemerintah AS untuk mengungkap dana yang mereka alokasikan untuk memerangi terorisme. Namun bagi perusahaan-perusahaan teknologi tersebut, hal itu ternyata ada hal yang sangat sulit.
Buktinya sampai saat ini angka yang sudah diungkap hanyalah 'ratusan juta dolar' dari Google itu, demikian dikutip dari Engadget, Jumat (3/5/2019).
Tekanan terhadap keempat perusahaan itu saat adanya aksi penembakan di Christchurch, Selandia baru. Pasalnya video penembakan tersebut terus menerus muncul di YouTube dengan kecepatan 1 video setiap detiknya.
Bahkan pemerintah Australia sejak saat itu membuat aturan baru yang akan membuat perusahaan media sosial bertanggung jawab untuk menghapus konten yang mengandung kekerasan.
Lalu ada juga Uni Eropa yang tengah mempertimbangkan sebuah aturan baru yang mewajibkan video berisi konten terorisme harus dihapus dalam waktu satu jam sejak pertama dilaporkan. - PT Kontak Perkasa
Sumber : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar