PT Kontak Perkasa - Kuliner tradisional, permen dalgona, kembali ramai diperbincangkan setelah muncul dalam serial Netflix Squid Game. Sebelumnya, dalgona sempat viral dengan versi kopinya. Seperti apa sejarah dalgona?
Squid Game merupakan drama Korea yang menceritakan tentang persaingan 456 orang untuk memperebutkan uang tunai mililiaran rupiah. Untuk mendapatkannya, mereka harus melewati serangkaian permainan yang dapat merenggut nyawa. Film ini disutradarai oleh Hwang Do Hyuk.
Salah satu permainan yang dihadirkan dalam Squid Game adalah memisahkan pola dalam permen dalgona, makanan tradisional asal Korea. Hwang Dong Hyuk menghadirkan makanan tradisional tersebut lantaran pengalaman pribadinya yang tumbuh di Seoul pada tahun 1970-an.
Hwang menceritakan, dulu saat anak-anak berhasil memotong permen dalgona sesuai dengan bentuknya dan mereka akan mendapatkan dalgona secara gratis. Hwang sendiri turut mencobanya dengan menggunakan jarum yang dipanaskan di atas briket untuk memisahkan pola yang tercetak. Saat itu pola yang paling menyulitkan baginya adalah bentuk payung.
Sejarah Permen Dalgona
Dalgona dibuat dari campuran gula dan air yang direbus dan ditambah dengan baking soda. Permen dalgona dikenal dengan rasanya yang manis. Namun, siapa sangka, sejarah di balik awal mula pembuatan kuliner tradisional ini ternyata menyimpan cerita pahit.
Permen dalgona yang dikenal dengan ppopgi di Korea, ternyata sudah ada sejak masa pasca Perang Korea (1950-1953). Pada waktu itu, personel Angkatan Darat Amerika Serikat biasa memberikan permen kepada anak-anak. Tetapi, para orang tua di sana tidak mampu membeli permen mereka karena harga yang mahal.
Berbagai sumber menjelaskan, pada saat itu, Korea masih dilanda kemiskinan pasca perang. Sementara makanan penutup seperti es krim atau coklat dibandrol dengan harga sangat mahal. Akhirnya, para orang tua membuat permen versi mereka sendiri dan menyebutnya sebagai dalgona.
Pada tahun 1970-an hingga 1990-an, ada penjual dalgona yang menjual potongan manisan ini dengan berbagai bentuk, mulai dari bentuk hati, bintang, dan berbagai bentuk lainnya. Mereka menjual seharga 50-100 won.
Para penjual menantang para pelanggan mudanya untuk memotong pola yang tercetak dalam dalgona tanpa merusak gambar. Sebagai hadiahnya, para pembeli akan menerima permen gratis atau hadiah uang maupun bingkisan, tergantung wilayahnya.
Selain mendapatkan hadiah, mereka juga harus memakan bagian yang dipotongnya saat pergi, tentu ini membuat kenyang para pelanggan. Saat masih panas mungkin tantangan tersebut tidak terlalu sulit, namun tangan yang dingin dan cuaca yang dingin membuat cukup sulit untuk memisahkannya dari pola.
Dulu, ketika kompor gas masih jarang, pedagang harus memanaskan sendok mereka di atas briket. Mulai tahun 1980-an, karena berbagai alasan, seperti kualitas rendah dan produksi yang tidak sehat membuat dalgona mulai memudar. - PT Kontak Perkasa
Sumber : detik.com