PT KP Press - 2 pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar diketahui merupakan pasangan suami istri. Keduanya diduga berlatih membuat bom secara daring atau online.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Boy Rafli Amar mengatakan keduanya mengembangkan pelatihan di media sosial. Pelatihan ini terkait tata cara pembuatan bahan peledak.
"Ada informasi ini juga berkaitan dengan online training di media sosial yang dikembangkan oleh mereka. Jadi mereka mengembangkan tata cara pembuatan bahan peledak," ujar Boy Rafli di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (29/3/2021).
Dalam pelatihan pembuatan bom daring itu, Boy menyebut ada beberapa narasumber yang pernah berlatih di kelas mancanegara. Narasumber ini disebut merupakan senior dari kedua pelaku.
Boy mengatakan ideologi ini terus dikembangkan oleh kelompok radikal terorisme. Dia mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama mencegah perbuatan ini.
"Ada beberapa narasumber senior mereka yang pernah berlatih di luar negeri, ini bisa seperti ini, jadi ideologi ini terus dikembangkan oleh kelompok-kelompok radikal terorisme, jadi kita sama-sama cegah," ucap Boy.
"Ini sinergitasnya dengan semua pemangku kepentingan bekerja sama tentunya TNI, dengan kepolisian, dengan BIN, dengan BSSN, semua lembaga negara termasuk Kominfo sudah menjadi agenda utama dalam mengantisipasi sebaran paham radikal intoleran di dunia maya. Itu yang harus terus dilaksanakan dengan juga pelibatan unsur masyarakat karena masyarakat menggunakan sarana cyber space yang tentunya harus waspada dengan kondisi yang ada di dalam dunia maya," sambungnya.
Seperti diketahui, ledakan bom bunuh diri terjadi di depan Gereja Katedral Makassar pada pukul 10.28 Wita, Minggu (28/3). Pelaku bom bunuh diri yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu berboncengan menggunakan sepeda motor ke depan Gereja Katedral Makassar.
Pasangan suami istri berinisial L (suami) dan YSF (istri). Mereka berdua berdomisili di Ibu Kota Sulawesi Selatan, Makassar. Kota ini jugalah yang menjadi lokasi sasaran aksi teror mereka berdua.
Pemerintah telah mengutuk keras aksi teror bom bunuh diri ini. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa terorisme adalah kejahatan kemanusiaan dan tidak terkait agama apa pun.
"Terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan tidak ada kaitannya dengan agama apa pun," ujar Jokowi dalam konferensi pers virtual, Minggu (28/3).
Waketum MUI Anwar Abbas juga mengutuk keras kejadian bom bunuh diri itu karena tidak manusiawi dan bertentangan dengan nilai ajaran agama mana pun yang diakui negeri ini. Dia meminta supaya kejadian bom bunuh diri itu tidak dikaitkan dengan SARA. Hal itu akan membuat kondisi semakin tidak kondusif.
"Di samping itu, MUI juga meminta supaya masalah ini jangan di kait-kaitkan dengan agama dan atau suku tertentu di negeri ini karena hal demikian akan semakin membuat rumit dan keruhnya suasana," ujarnya.
Keduanya tinggal di kontrakan, di Jl Tinumbu, Lorong 132, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Makassar. - PT KP Press
Sumber : detik.com